PALOPOPOS. CO. ID, BATUPASI– Mencuat di media sosial (Medsos) sentilan terhadap komersialisasi Gedung Saodenrae Convention Center (SCC).
“Kembalikan fungsi SAODENRAE sebagai Rumah bersama untuk rakyat sekaligus simbol kesetaraan dan ekspresi rakyat untuk penguatan identitas kultural serta wahana layanan untuk masyarakat umum,” tulis H Haidir Basir pada akun Facebooknya tertanggal 3 oktober 2025.
Berikut penjelasannya;;
Kalau Saodenrae diposisikan sebagai representasi gedung pertemuan rakyat, maka makna yang terkandung di dalamnya bukan sekadar fisik bangunan, melainkan simbol ruang publik yang inklusif. Artinya:
• Fungsi utama: menjadi rumah bersama untuk musyawarah, kebudayaan, pendidikan, keagamaan, serta perayaan tradisi masyarakat.
• Nilai filosofis: melambangkan keterbukaan, kesetaraan, dan gotong royong — berbeda dengan gedung komersial yang berorientasi profit.
• Orientasi pemanfaatan: lebih menekankan pada pelayanan sosial, ruang ekspresi rakyat, dan wadah penguatan identitas kultural.
• Konsekuensi kebijakan: pengelolaan seharusnya berbasis kelembagaan masyarakat/daerah (misalnya Pemda bersama lembaga adat/budaya), bukan diserahkan ke mekanisme bisnis murni.
Dengan begitu, Saodenrae sebagai gedung pertemuan rakyat bukan sekadar infrastruktur, tetapi institusi sosial-budaya yang menegaskan bahwa ruang publik tidak boleh dikomersialisasi, melainkan harus dikembalikan untuk kepentingan rakyat sebagai pemilik kedaulatan.
Kepada yang terhormat pemangku kebijakan di Kota Palopo, dengan penuh kearifan aku menghimbau :
” Kembalikan fungsi SAODENRAE sebagai Rumah bersama untuk rakyat sekaligus simbol kesetaraan dan ekspresi rakyat
untuk penguatan identitas kultural serta wahana layanan untuk masyarakat umum”. (ikh)